Janturan adalah bentuk pertujukan kreasi saya ( dimulai tahun 2012 ) yang bertujuan ingin mengembalikan dunia emaginasi masyarakat Indonesia/Jawa khususnya yang sudah kehilangan mimpi-mimpi murni dan mandiri; alas kedua dikarenakan keprihatinan saya terhadap wayang ( Boneka Wayang Purwa ) yang sudah tidak diperhatikan lagi oleh Masyarakat Pemiliknya ( Jawa khususnya). Setiap ada pagelaran wayang mayoritas yang diperhatikan penonton hanya adegan humor (Limbukan dan Gara-gara), disamping sabet peperangan. Padahal menurut pengamatan saya Wayang adalah puncak senirupa; yang sangat indah dan teknik yang tinggi (mensitir kata-kata mbah Jamhur, yang dulu tahun 1990 sd 1997 sering ketemu di Koln dan Amsterdam).
Lakon dalam pementasan Jantur saya mengambil cerita Mahabarata, Ramayana, Babat Tananh Jawi, dan Sastra Jawa salah satunya Panji.
Pada akhir tahun 2011 (setelah 1 th. merapi europsi ) awal tahun 2012 saya dengan Rm. V. Kirjita membuat program sosialisasi tentang air konsumsi bersih, sehat dan berkwalitas untuk masyarakat ( karena air tanah mayoritas di Indonesia sudah tercemar) terutama terhadap masyarakat marginal, dengan percontohan Desa ( Lereng Merapi, pengguna air hujan sepanjang jaman) dalam sosialisasi mengalami kendala, apabila didalam penyampaian dengan metoda belajar mengajar seperti di sekolahan.
Akirnya saya menggunakan retorika seni, yaitu pagelaran Jantur dengan cerita Panji. Walaupun sebetulnya masyarakat sudah tidak tahu sebenarnya apa sastra Panji, apa Panji, dimana figure panji bisa diketahui.
Bersamaan dengan giat-giatnya Lydia Kieven, seniman dan budayawan Jawa Timur membuat Pusat Panji; saya membuat Tembang Mocopat satu lakon Sang Setyawan dan Wayang Panji dengan motif relief dan patung Panji di candi Jawa timur-an; yang berbeda dengan wujud Wayang sudah ada (Purwa, Gedhog, dan Beber dll.).
Dengan latar belakang social budaya masyarakat desa yang masih lekat dengan dongeng Panji dan cerita Panji pada seni Kethoprak, Janturan Panji akhirnya lebih bisa diterima dan dicerna masyarakat desa. Terutama bagaimana saya dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat pinggiran/kecil mengenahi air yang sehat, bersih dan berkwalitas, yaitu apa air ( h2 O), kandungan air, berapa: Mineral ( total mineral solid), PH ( Potensial Hitrogen ), Ion Negatif ( anti oksidant ), dan kandungan Oxsigen. Salah satu teknik dengan eletrolise water.
Dengan peralatan digital/visual dan penyampaian yang ada unsure menghibur sesuai dengan latar belakang budaya dongeng; pembelajaran mengenahi air bisa sampai dan pengetahuan tersebut dilakukan oleh masyartakat desa (lereng Merapi).
Sesuai dengan esensi pada sastra Panji, yang mana Panji seorang bangsawan dari kerajaan Jenggala selalu mengembara dan berperan membela kehidupan orang-orang desa. Sementara ini paralel dengan thema program saya membela masyarakakat kecil; pagelaran Jantur saya membawakan lakon " Panji Udan", yang berinduk dari dongeng Enthit.
Isi cerita ada suatu desa yang sangat miskin dan susah kehidupannya, baik secara geografis, social dan ekonomi; ada tokoh keluarga sudah tua yang tidak mempunyai anak, karena sering bertapa maka datanglah orang yang jelek tubuhnya dan bersuara sengau bernama Panji Udan/Enthit, akhirnya diaku anak.
Semenjak keberadaan Enthit, masyarakat semakin rukun, gotong royong, kreatif bertani/berkebun, beternak, banyak kerajinan bambu, sampai bagaimana mencukupi kebutuhan air baik di musim kemarau maupun musim penghujan membuat bak penampung air setiap rumah dan embung/tandhon air/bendungan; desa berubah menjadi makmur dan kaya.
Seni Jantur yang mempunyai karakter mbarang/mgamen; lebih mudah diterima masyarakat, karena: saya mengutamakan tokoh dan setting desa (bukan istana sentries), iringan sangat fleksibel dan sederhana tergantung ada perangkat music apa disekitar. Parikan dan dialog langsung dengan panggung manunggal, lebih mencairkan dengan penonton.
Ditambahkan oleh Joshua Ramon Enslin, dalam kategori Daerah Pedesaan Janturan Air Lingkungan
URL Cite