Panji dan Pariwisata Bg. 2

Sumbangan oleh Pak Prapto, Solo 31-10-2015. Reaksinya atas makalah Lydia „Panji dan Pariwisata“

Kutipan dari email oleh Pak Prapto kepada lydia.kieven@googlemail.com
Saturday, 31 October 2015 9:35 am

Dear Lydia Kieven,

(. . . . . . .) Budaya Panji. Usul saya sederhana bagaimana budaya dan pariwisata dilakukan bersama-sama. Budaya pada nilai-nilai yang lebih pada kebutuhan kita sendiri dilakukan secara kreatif untuk menyikapi masa lalu, masa sekarang dan masa depan. "Dunia sacral" di uri-uri lagi di olah disesuaikan dengan jamanya pada nilai-nilai tetapi masih dalam konteks untuk mengembangkan kemanusiaan sugih, iling, hayu dalam nilai-nilai yang sebelas dicacatkan tersebut.

Artinya disana terjadi penciptaan-penciptaan kembali yang sesuai dengan kondisi kemanusiaan kita yang lebih demokratis tanpa harus meninggalkan sesaji mempersembahkan sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bisa ikut manghayuning urip.

Pariwisata yang sifatnya adalah menjual sekarang ini tapi sebenarnya pasar pariwisata tidak hanya menjual tetapi adalah menjual membeli. Pemerintah selama ini pikiranya hanya menjual dan dari sana pasti habis. Karena tidak bisa membeli dan mengolah. Tidak bisa menampilkan hal-hal baru sesuai dengan permintaan pasar. Dunia pariwisata dalam hal ini leading sektornya adalah ekonomi, lupa pada pembeli dan mengolah yang tekananya pada penciptaan di dunia pasar ini memerlukan creator-kreator yang mampu untuk bisa menghasilkan produksi dengan perbendaharaan tradisi local yang mampu menembus pasar Indonesia, Asia maupun dunia.

Dua-duanya nilai budaya dan pariwisata sebenarnya dalam dunia penciptaan sejak ratusan tahun lalu bahkan ribuan tahun yang itu telah ada dan dipunyai oleh masyarakat yang melahirkan cerita Panji itu sendiri. Nilai-nilai spiritualitas bentuk-bentuk candi yang sangat berbeda dengan yang ada di Jawa Tengah yang sedikit banyak bertolak dari India. Maupun metalorogi tari, music, wayang, topeng sampai kepada keamanan dunia pemerintahan yang mampu ciptakan Bineka Tunggal Ika, thanana dharma mangrowo yang dipakai di Indonesai sekarang ini.
Jadi masalahnya rupanya ada keterputusan semangat kreatif lewat kebudayaan tradisi yang masa sekarang rupanya kebudayaan local genius tradisi kalah dengan kebudayaan kota.

Di Solo sedang ada pesta besar ekonomi kreatif yang sangat gebyar untuk menjangkau masa depan kota, ingin anak-anak muda meraih gegap gembita jaman millennia. Seakan-akan bahwa kreatif itu barang baru yang hanya dipunyai oleh masyarakat kota, padahal sebenarnya semangat kreatif telah dipunyai nenek moyang kita untuk menjadi solusi permasalahan-permasalahan kehidupan sesuai dengan jamannya. Dengan tekanan bahwa kreatif hanya dipunyai oleh masyarakat kota secara tidak langsung akan meniadakan sejarah kreatif dari local genius dan genius local akan kehilangan keunikan-keunikan dari masyarakat setempat. Ini akan sungguh berbahaya kalau kita tidak merasa kesejarahan penciptaan secara kreatif. Kita harapkan pemerintah dan teman-teman bisa sadar dengan masalah ini agar tidak terseret dalam gagapnya pemerintah atau lupa akan kemampuan warga negaranya sendiri yang memiliki kesejarahan ribuan tahun dalam penciptaan.

Bentuk gabungan dari budaya dan pariwisata sebenarnya bisa pakai model "odalan" di pura-pura di Bali. Dalam pura diadakan upacara-upacara sacral termasuk kesenian sakral, diluar pura ada pasar maupun kesenian-kesenian yang sifatnya protan/ciptaan-ciptaan baru. Di Solo jaman dulu ada bentuk sekaten ada doa-doa di dalam masjid dan juga diluar halaman masjid ada dua gamelan yang terus berbunyi silih berganti. Di luar masjid ada pasar maupun keramaian hiburan masyarakat yang sayangnya sekarang didominasi musik-musik dangdut dan makanan sedangkan dulu banyak celengan dan gerabah.
Dua contoh ini gabungan budaya dan pariwisata mungkin bisa jadi acuan teman-teman dan pemerintah Jawa Timur untuk mengembangkan nilai-nilai sacral budaya panji maupun pasar panji. Semoga Jawa Timur mampu membangkitkan semangat panji yang mencapai keunikanya sendiri di nusantara.

Sekian tanggapan saya semoga berguna.

Salam budaya rahayu-rahayu
Soeprapto

Nb: mohon di forward ke teman-teman yang lain

lampiran:
sesat pikir ekonomi kreatif.pdf (Artikel Solo Pos 24-10-2015)
Dokumentasi Srawung Seni Sakral 14 Oktober 2015 di Museum Radya...

Ditambahkan oleh Joshua Ramon Enslin, dalam kategori

URL Cite

Tunjukkan sidebar